Fabel Gagak dan Sebongkah Keju
Di suatu pagi yang cerah, seekor gagak terbang tinggi di angkasa. Ia sedang mencari makanan karena perutnya terasa sangat lapar. Setelah berputar-putar di langit, tiba-tiba matanya yang tajam melihat sesuatu yang mencolok di halaman belakang sebuah rumah: sepotong keju berwarna kuning cerah yang ditinggalkan di atas meja.
Tanpa berpikir panjang, gagak langsung menukik turun dan mencengkeram keju itu dengan paruhnya. Ia lalu terbang ke atas pohon yang tinggi dan bertengger di salah satu cabangnya. Dengan bangga, ia menggenggam keju itu erat-erat di paruhnya, menunggu waktu yang tepat untuk menyantapnya.
Tak jauh dari sana, seekor rubah sedang berjalan santai sambil mengendus-endus aroma di udara. Tiba-tiba, ia mencium bau keju yang lezat dan menggiurkan. Ia pun mengikuti sumber bau itu hingga menemukan si gagak yang bertengger di atas pohon dengan keju di paruhnya.
Rubah pun mulai berpikir keras. Ia sangat menginginkan keju itu, tapi ia tahu bahwa memanjat pohon bukan keahliannya. Maka ia merencanakan siasat untuk mendapatkan keju tersebut tanpa kekerasan.
Dengan langkah ringan, rubah mendekati pohon dan berseru dengan suara yang ramah:
“Hai, Gagak! Wah, betapa beruntungnya aku hari ini bisa melihatmu dari dekat! Kulihat bulumu sangat indah, hitam mengilap seperti batu obsidian. Sungguh mempesona! Tak heran banyak burung iri padamu!”
Gagak mendengar pujian itu, dan meski mulutnya masih menggigit keju, ia mulai merasa bangga. Rubah melanjutkan kata-katanya dengan lebih manis:
“Bulu indah saja belum cukup. Aku yakin, dengan tampilan semewah itu, pasti suaramu juga luar biasa merdu! Seandainya saja aku bisa mendengar suaramu, hari ini akan menjadi hari terbaik dalam hidupku!”
Si gagak yang mulai terpikat oleh pujian-pujian manis itu merasa perlu menunjukkan keindahan suaranya. Ia ingin membuat rubah semakin kagum. Maka, tanpa pikir panjang, gagak membuka paruhnya dan berbunyi keras:
“KRRAAAAAKKKKK!”
Namun, seketika itu juga, potongan keju yang digigitnya jatuh dari paruhnya dan langsung meluncur ke tanah.
Dengan sigap dan licik, rubah menangkap keju itu sebelum menyentuh tanah, lalu segera melahapnya dengan penuh kenikmatan. Ia memandang ke arah gagak dan berkata sambil tersenyum:
“Terima kasih, Gagak. Kau memang cantik, tapi terlalu mudah terbuai oleh sanjungan. Lain kali, berhati-hatilah terhadap pujian yang berlebihan!”
Gagak hanya bisa memandangi rubah dari atas pohon dengan penuh rasa kecewa dan penyesalan. Ia belajar satu pelajaran penting hari itu: tidak semua yang terdengar manis itu tulus.
Komentar
Posting Komentar