Fabel Semut dan Belalang
Di sebuah padang rumput yang hijau dan subur, hiduplah sekumpulan semut yang terkenal rajin dan pekerja keras. Setiap hari, dari pagi hingga petang, mereka bekerja tanpa henti. Mereka mengumpulkan biji-bijian, daun, dan makanan lain untuk disimpan di dalam sarang mereka sebagai persediaan untuk menghadapi musim dingin yang akan datang.
Di sisi lain, tidak jauh dari sarang semut, tinggal pula seekor belalang. Belalang ini sangat suka bersantai dan bermain musik. Setiap hari ia duduk di atas daun sambil memetik senar kecil buatannya dan menyanyikan lagu-lagu ceria. Ia menari dan melompat ke sana ke mari, menikmati hangatnya matahari dan segarnya udara musim panas.
Suatu hari, saat para semut sedang berbaris membawa biji-bijian ke sarang mereka, Belalang memanggil salah satu semut dan berkata:
“Hai, Semut! Mengapa kalian bekerja keras setiap hari di bawah terik matahari? Lihat aku! Aku bisa bersantai, bermain musik, dan menikmati hidup! Bukankah lebih baik kalian bergabung denganku dan menari-nari saja?”
Semut pun menjawab sambil tetap berjalan, “Kami memang sedang bekerja keras sekarang, karena kami sedang menyiapkan makanan untuk musim dingin. Saat musim dingin datang, tidak akan ada makanan di padang rumput ini, dan kami tidak akan bisa keluar dari sarang.”
Belalang tertawa dan berkata, “Ah, musim dingin masih lama! Mengapa harus repot sekarang? Lebih baik nikmati hidup selagi bisa!”
Semut tak menggubris ejekan Belalang dan terus bekerja. Hari demi hari berlalu, musim panas pun berubah menjadi musim gugur, dan akhirnya datanglah musim dingin. Angin bertiup kencang, salju mulai turun, dan seluruh padang rumput tertutup oleh putihnya salju. Tak ada lagi daun, biji, atau makanan lain di sekitar.
Para semut beristirahat di dalam sarang hangat mereka, menikmati makanan yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Mereka makan bersama, saling berbagi, dan merasa aman karena persiapan yang telah mereka lakukan.
Sementara itu, di luar sana, si Belalang menggigil kelaparan. Ia tidak memiliki makanan atau tempat tinggal yang hangat. Tubuhnya lemah karena tidak makan selama berhari-hari. Ia mencoba mencari makanan, tetapi semuanya tertutup oleh salju. Tak ada satu pun yang bisa dimakan.
Akhirnya, dengan tubuh gemetar, Belalang datang ke sarang para semut dan mengetuk pintu. Ia berkata dengan suara pelan, “Semut... tolong aku. Aku lapar dan kedinginan. Aku tidak punya makanan. Bisakah aku meminjam sedikit makanan darimu?”
Para semut menatap Belalang dengan kasihan, tapi juga berkata, “Kami sudah memberitahumu sejak musim panas agar kamu bekerja dan menyiapkan persediaan. Tapi kamu lebih memilih bermalas-malasan dan bermain.”
Belalang menunduk malu. Ia sadar bahwa kecerobohannya telah membuatnya menderita. Untungnya, semut-semut yang baik hati tetap memberinya sedikit makanan dan tempat beristirahat. Tapi mereka juga memberi peringatan:
“Ambillah ini sebagai pelajaran. Mulai sekarang, jika kamu ingin hidup nyaman di musim dingin, kamu harus bekerja keras di musim panas. Jangan hanya bernyanyi dan bermain saja.”
Belalang pun berjanji akan berubah. Musim berikutnya, ia ikut bekerja bersama semut, mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Komentar
Posting Komentar