Mitos Reog Ponorogo dan Barongan Singo Barong ( Ponorogo )

 

Reog Ponorogo adalah salah satu seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Ponorogo, sebuah daerah di Provinsi Jawa Timur. Pertunjukan ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan warisan budaya yang penuh dengan makna spiritual, nilai-nilai kepahlawanan, dan unsur mistis yang sangat kuat.

Reog Ponorogo terkenal dengan barongan Singo Barong, yaitu topeng kepala harimau besar yang dihiasi dengan bulu-bulu merak. Uniknya, topeng besar ini bisa mencapai berat lebih dari 50 kilogram, dan ditopang hanya dengan gigi oleh sang penari utama. Kemampuan luar biasa ini menjadi daya tarik utama dalam setiap pertunjukan Reog.

Asal-Usul Reog Ponorogo

Menurut cerita rakyat dan legenda yang berkembang di masyarakat Ponorogo, Reog berasal dari kisah kepahlawanan dan perlawanan terhadap kekuasaan yang dianggap tidak adil. Ada beberapa versi asal-usul Reog, namun yang paling populer adalah versi yang berkaitan dengan Kerajaan Kediri.

Pada masa Kerajaan Kediri, ada seorang pangeran dari Kerajaan Ponorogo bernama Raden Klono Sewandono. Ia jatuh cinta kepada Putri Songgo Langit, putri cantik dari Kerajaan Kediri. Raden Klono kemudian mengajukan lamaran. Namun, Sang Putri memberikan syarat: ia hanya akan menerima lamaran dari lelaki yang dapat membawakan pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya, luar biasa dan penuh keajaiban.

Raden Klono lalu menciptakan pertunjukan Reog dengan bantuan sahabat dan pasukannya. Ia menciptakan tarian yang menampilkan kekuatan, keindahan, dan unsur magis yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Singo Barong: Topeng Legendaris

Tokoh utama dalam pertunjukan Reog adalah Singo Barong, makhluk berkepala singa dan berbadan raksasa dengan mahkota bulu merak. Singo Barong adalah simbol kekuatan dan kesombongan Raja Kediri, yang digambarkan sebagai raja yang arogan dan angkuh.

Topeng Singo Barong dalam Reog Ponorogo terbuat dari kayu dan dihiasi dengan bulu merak asli yang dipasang membentuk kipas besar. Topeng ini sangat berat dan besar, namun sang penari utama, disebut warok, mampu mengangkatnya hanya dengan kekuatan gigi, sebagai bentuk dari latihan spiritual dan kekuatan batin yang diperoleh melalui tirakat atau laku tapa.

Singo Barong digambarkan sebagai tokoh yang menentang Raden Klono, mewakili penguasa jahat dan kesombongan. Dalam pertunjukan, Singo Barong sering dikalahkan atau menjadi bagian dari rombongan Raden Klono setelah “ditaklukkan” secara simbolik.

Tokoh-Tokoh Dalam Reog Ponorogo

Selain Singo Barong, pertunjukan Reog juga menghadirkan tokoh-tokoh lain yang tak kalah penting:

  1. Raden Klono Sewandono: Seorang raja muda yang gagah berani dan sakti mandraguna. Ia membawa tombak dan memimpin pertunjukan.

  2. Jathil: Penari kuda lumping yang menggambarkan prajurit perempuan, biasanya ditarikan oleh perempuan (meskipun dulu dimainkan laki-laki). Gerakan Jathil lincah dan indah.

  3. Warok: Sosok spiritual kuat yang menjadi pelindung utama dalam pertunjukan. Warok digambarkan sebagai orang yang memiliki ilmu kanuragan dan kemampuan supranatural tinggi.

  4. Bujang Ganong: Tokoh jenaka yang cerdik dan lincah, biasanya mengenakan topeng merah dengan rambut menjuntai. Ia berperan sebagai penghibur sekaligus penasihat Raden Klono.

Unsur Mistis dan Laku Spiritual

Pertunjukan Reog tidak bisa dilepaskan dari unsur mistik dan spiritualitas yang sangat kental. Seorang penari Singo Barong harus melalui tirakat, seperti puasa, pantangan makanan tertentu, hingga menyepi (bermeditasi), agar memiliki kekuatan untuk mengangkat barongan dengan gigi.

Warok, sebagai tokoh utama dalam spiritualitas Reog, dipercaya memiliki kesaktian. Dalam tradisi lama, seorang warok bahkan harus menjaga kemurnian diri, termasuk dengan menjauhi perempuan dan menjalani kehidupan asketik agar ilmunya tidak luntur. Bahkan, dalam beberapa cerita lama, para warok memiliki hubungan khusus dengan "gemblak", yaitu anak laki-laki yang dirawat dan dijaga sebagai simbol kemurnian (meski praktik ini kini telah ditinggalkan dan tidak lagi dijadikan bagian dari pertunjukan modern).

Reog juga dipentaskan dalam berbagai acara penting, seperti pernikahan, syukuran, hingga upacara adat tertentu, sebagai bentuk permohonan berkah dan perlindungan dari kekuatan gaib.

Reog sebagai Warisan Budaya

Kini, Reog Ponorogo telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Ponorogo. Setiap tahun, festival Reog digelar besar-besaran dalam acara Grebeg Suro, yaitu perayaan tahun baru dalam kalender Jawa. Ribuan penari dari berbagai daerah bahkan negara ikut serta dalam festival ini.

Pemerintah Indonesia juga telah mendaftarkan Reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. Hal ini dilakukan untuk melindungi dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia dari klaim negara lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bawang Merah dan Bawang Putih - Indonesia

Legenda Batu Menangis (Kalimantan)

Burung Bangau dan Kepiting - Rakyat Nusantara